Target dapat kita tentukan dengan beberapa cara. Kita bisa mulai dengan yang paling sederhana: menentukan target secara umum. Kita bisa juga menentukan target berdasar bingkai waktu (time frame) investasi, apakah jangka panjang (investasi) atau jangka pendek (trading).
Untuk setiap kriteria tersebut, kita bisa membagi lagi target berdasarkan pengalaman sang pemain: apakah masih pemula (pengalaman sampai dengan 2 tahun), menengah (sampai dengan 6 tahun), atau sudah mahir (di atas 6 tahun). Menuntaskan topik ini, saya melampirkan contoh kasus nyata laba/rugi main saham sebagai bahan perbandingan.
- Target Laba Main Saham (Umum)
- Target Laba Investasi Saham (Jangka Panjang)
- Target Laba Trading Saham (Jangka Pendek)
- Contoh Kasus Laba/Rugi Main Saham
Ya, anda tidak salah baca. Target wajar pemula bukan untuk mendapat untung tapi jangan rugi terlalu besar. Pemula yang hanya merugi sedikit sudah dikategorikan sukses. Mengapa begitu? Mari kita bandingkan dengan proses belajar di bidang lain.
Misalkan anda membuat kue untuk pertama kali. Apakah anda berharap kue tersebut akan seenak kue yang dijual di toko kue terkenal? Tentu tidak. Anda sudah senang kalau kue itu layak dimakan.
Misalkan juga anda mengemudi mobil untuk pertama kali. Apakah anda langsung tancap gas seperti pembalap F-1? Tentu tidak. Anda menginjak pedal gas perlahan-lahan, menjalankan mobil dengan sangat hati-hati, di jalan yang sepi tanpa kendaraan lain.
Demikian juga seharusnya dengan main saham!
Semua proses pembelajaran butuh waktu dan biaya. Anda tidak bisa menjadi pastry-chef dalam sekejap. Anda juga tidak mungkin menjadi pembalap F-1 tanpa latihan keras bertahun-tahun yang memakan biaya besar. Kalau begitu, masuk akalkah jika pemula berharap untung besar dalam waktu cepat?
Mulailah dengan perlahan-lahan. Jangan bermimpi untung besar. Yang paling penting: usahakan rugi anda maksium 20% per tahun.
Menengah (pengalaman sampai dengan 6 tahun)
Mengapa cuma 10%?
Setelah beberapa tahun bermain saham, anda sudah paham sedikit tentang saham. Bila saya ibaratkan anda sebagai pengemudi motor, anda sudah pandai mengemudi motor, bahkan dengan kecepatan tinggi. Tapi anda baru jago ngebut di jalan lurus. Anda belum ahli ngebut di sirkuit yang berliku-liku.
Dengan pemahaman terbatas itu, saya menyarankan target 10%, yang relatif kecil, supaya anda tetap berhati-hati. Bila target terlampau tinggi, anda mungkin akan menjadi agresif dan melakukan kesalahan fatal dan merugi besar.
Mengapa 6 tahun?
Jangka waktu 6 tahun saya pilih karena adanya siklus ekonomi. Siklus ekonomi–yang rata-rata berlangsung 5-10 tahun–berpengaruh besar pada bursa saham. Waktu ekonomi baik, saham naik; waktu ekonomi buruk, saham anjlok. Dalam kurun waktu 6 tahun, anda kemungkinan sudah melewati separuh siklus ekonomi dan pernah merasakan kondisi saham terpuruk.
Mahir (pengalaman di atas 6 tahun)
Target pemain saham mahir adalah untung minimal 20% per tahun.
Ah, akhirnya anda sudah melalui satu siklus ekonomi, sudah sering merugi. Walaupun begitu anda tetap bertahan dan terus belajar. Anda mulai dapat merasakan denyut pasar. Dengan berjalannya waktu, anda sekarang lebih sering untung daripada rugi.
Dari pengalaman, anda tahu bahwa pasar tidak berkewajiban memberi anda untung. Tapi bila pasar memberi kesempatan, anda akan membiarkan keuntungan beranak-pinak. Kebalikannya, bila pasar tidak memberi kesempatan, anda duduk manis menanti dengan sabar, laksana singa menunggu mangsa.
Selamat, anda sudah lulus dan berhak menyandang gelar Magister Main Saham.
Bermodal gelar tersebut anda siap bekerja keras untuk menghasilkan laba 20% per tahun. Bila kondisi pasar bullish, anda sangat mungkin mendapat laba lebih besar lagi. Seberapa besar untung yang anda dapatkan hanya tergantung pada usaha keras dan waktu yang anda luangkan untuk terus belajar.
Siapkah anda untuk belajar dan berusaha keras untuk menjadi Magister Main Saham?
Mau tahu target laba investasi saham (jangka panjang) yang wajar?
Kalau pasar terus turun dalam jangka waktu yang lama, investor jangka panjang sulit mendapat untung—malahan lebih mungkin rugi—pada periode tersebut. Karena alasan inilah investor perlu membedakan target sesuai kondisi pasar.
Di Indonesia, kondisi bursa saham secara keseluruhan diukur dengan Indeks Harga Saham Gabunga (IHSG) Bursa Efek Indonesia. IHSG inilah yang saya sarankan kita pakai sebagai tolak ukur target laba investasi saham.
Menengah (pengalaman sampai dengan 6 tahun)
Kalau IHSG turun 20%, target kita rugi maksimal 10% ([1/2] x 20% = 10%).
Contoh cara menghitung:
IHSG
|
Target
|
|||
Awal Tahun
|
Akhir Tahun
|
+/-
|
Persentase +/-
|
|
1000
|
1500
|
+500
|
+50%
|
+25%
|
1500
|
1200
|
-300
|
-20%
|
-10%
|
Mahir (pengalaman di atas 6 tahun)
Kalau IHSG turun 30%, target kita rugi maksimal 6% (20% x 30% = 6%).
Contoh cara menghitung:
IHSG
|
Target
|
|||
Awal Tahun
|
Akhir Tahun
|
+/-
|
Persentase +/-
|
|
2000
|
3000
|
+1000
|
+50%
|
+50%
|
2500
|
1500
|
-1000
|
-40%
|
-8%
|
Bermodal gelar tersebut anda siap bekerja keras untuk mengejar untung sebesar-besarnya ketika pasar naik dan siap terus belajar untuk menekan rugi sekecil-kecilnya saat pasar turun.
Pemula (pengalaman sampai dengan 2 tahun)
Target pemula adalah rugi tidak lebih dari 5% modal per bulan dengan tambahan syarat tidak boleh rugi lebih dari 10% bulan.
Target pemain menengah adalah untung 1% per bulan dengan addendum tidak boleh rugi lebih dari 5% per bulan.
Target pemain mahir adalah untung 3% per bulan dengan addendum tidak boleh rugi lebih dari 3% per bulan.
Bermodal gelar tersebut anda siap bekerja keras untuk mengejar untung sebesar-besarnya dari naik-turunnya harga saham.
- Saya tidak punya data akurat investor biasa yang lain. Memang data laba investor terkemuka seperti Warren Buffet atau George Soros banyak dipublikasikan, tetapi sangatlah tidak layak membandingkan diri kita dengan mereka. Kita bukan Warren Buffet dan hampir tidak mungkin menyamai prestasi beliau.
- Saya ingin memaparkan hasil sesungguhnya yang ada laba dan juga ada rugi, tanpa dipoles untuk tujuan promosi, agar para pemain saham lain tidak minder kalau mereka sering merugi. Kalau kita mendengar semua orang lain untung tapi kita sendiri rugi, kemungkinan kita malu mengakuinya. Padahal mungkin orang yang mengaku untung itu hanya sesumbar dan menutupi kenyataan bahwa diapun sering rugi.
Tahun |
IHSG (%)
|
Laba (%)
|
1997 |
-37
|
-40
|
1998 |
-1
|
-70
|
1999 |
+72
|
+10
|
2000 |
-39
|
-50
|
2001 |
-6
|
-10
|
2002 |
+10
|
+0
|
2003 |
+63
|
+15
|
2004 |
+45
|
+0
|
2005 |
+16
|
+13
|
2006 |
+55
|
+10
|
2007 |
+51
|
+120
|
2008 |
-51
|
+28
|
2009 |
+84
|
+37
|
- Saya mulai main saham pada bulan Juni 1997
- Tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 saya melakukan strategi investasi jangka menengah, berubah ke trading jangka pendek dari tahun 2003 sampai sekarang.
- Data laba/rugi tahun 1997 sampai dengan 2003 adalah perkiraan karena saya belum menyimpan data akurat.
- Saya rugi selama 5 tahun–1997 s/d 2001—sebelum mulai mendapat untung. (Tahun 1999 memang untung 10%, tapi itu sangat buruk bila dibandingkan IHSG yang naik 72%.)
- Saya mulai untung pada tahun ketujuh, tahun 2003, tapi untung 15% tersebut walau memenuhi target trading pemain menengah (laba 1% per bulan) tetapi sangat kecil dibandingkan IHSG yang naik 63%.
- Hasil tahun 2004-2006 kurang lebih sesuai dengan target trading pemain menengah tapi kurang memuaskan karena IHSG naik lebih tinggi.
- Tahun 2007 saya mendapat untung 120% (dua setengah kali kenaikan IHSG sebesar 51%). Walau menggembirakan dan jauh di atas target trading pemain mahir (laba 3% per bulan), hasil itu mungkin hanya kebetulan saja. Saya tidak boleh mengambil kesimpulan dari sesuatu yang baru terjadi satu kali.
- Tahun 2008 dan 2009 saya kurang lebih mencapai target laba trading yang saya tentukan.