Agama Hindu Budha di Asia Selatan

Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

1.             Bagaimanakah proses lahirnya Agama Hindu-Budha di India?2.            Bagaimana pula proses masuk dan menyebarnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di India?3.             Seperti apa proses Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Hindu-Budha di India?4.             Faktor-faktor apa yang menyebabkan perkembangan Agama Hindu-Buddha berakhir ?

 

1.        AGAMA HINDU
Hindu merupakan  agama yang mempunyai usia terpanjang dan juga merupakan  agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya.
A.            Munculnya Agama dan Kebudayaan Hindu di India 
        Pada sekitar tahun 1500 SM bangsa Arya memasuki India dibagian barat laut, lalu melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) ke Mohenjodaro dan Harappa. Bangsa Arya merupakan bagian dari ras Indo-jerman yang memiliki ciri-ciri fisik, badan tinggi berkulit putih dan berhidung mancung. Sesampainya di Punjab (india) bangsa Arya berhasil menaklukkan bangsa pendatang pertama yakni Bangsa Dravida yang mendiami India bagian selatan. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa memiliki ciri-ciri fisik badan pendek, kulit hitam dan berhidung pesek.
Untuk mempertahankan kedudukannya sebagai bangsa pendatang, bangsa Arya mengenalkan dan mengembangkan sistem kepercayaan dan sistem kemasyarakatan yang dimilikinya kepada bangsa Dravida. Awalnya bangsa Arya bermata pencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Disisi lain bangsa Arya menganggap rendah bangsa Dravida karena mereka beranggapan fisiknya lebih baik dari pada bangsa Dravida. Bahkan mereka tidak mau mencampurkan ras mereka dengan bangsa Dravida, bahkan ada bangsa Dravida yang menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya, Namun pada akhirnya ras mereka tercampur juga melalui hasil pernikahan diantara keduanya.
Kedatangan bangsa Arya merupakan titik awal perubahan sosial masyarakat India. Sejak kedatangannya, bangsa Arya mulai memperkenalkan dan mewariskan peradaban baru yang disebut dengan Weda yang berarti Pengetahuan. Weda merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Selain mewariskan peradaban baru bangsa Arya juga mewariskan bahasa Sansekerta.
Bahasa Sansekerta menurut D.D. Kosambi termasuk dalam kategori bahasa Arya. Bahasa Sansekerta sendiri merupakan bahasa suci agama Hindu. Pada mulanya Agama Hindu tidak bernama melainkan hanya berupa sebuah kepercayaan yang berpangkal dari alam pikiran yang bersumber dari kitab Weda. Agama ini mulai bernama Hindu ketika muncul agama-agama baru agar dapat membedakan dengan agama baru tersebut.
Bangsa Arya mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Arya tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang. Oleh karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Arya dan bangsa Dravida.
Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan yang artinya air suci (Marutha, 2004:10) sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu . Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam agama Hindu.
Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang Astronomi, ilmu pertanian, ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti.
Sebagai Contoh: “Masih banyak para ahli menuliskan Agama Hindu adalah agama yang polytheistis dan segala macam lagi penilaian yang sangat tidak mengenakkan,serta merugikan agama hindu”.
Disamping itu di kalangan umat Hindu sendiripun masih banyak pemahaman-pemahaman yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan diamalkan. Demikianlah tujuan penulisan ini adalah untuk membantu meluruskan pendapat-pendapat yang menyimpang serta pengertian yang belum jelas dari hal yang sebenarnya terhadap agama Hindu.
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap  Dewa-dewa tetapi metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti.
Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam agama Hindu.Sebagai Contoh: “Masih banyak para ahli menuliskan Agama Hindu adalah agama yang polytheistis dan segala macam lagi penilaian yang sangat tidak mengenakkan,serta merugikan agama hindu”.
Disamping itu di kalangan umat Hindu sendiripun masih banyak pemahaman-pemahaman yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan diamalkan. Demikianlah tujuan penulisan ini adalah untuk membantu meluruskan pendapat-pendapat yang menyimpang serta pengertian yang belum jelas dari hal yang sebenarnya terhadap agama Hindu.
B.            Proses Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu di India.
Perkembangan agama Hindu di India berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Dengan di bagi menjadi empat periode yaitu:
a). Zaman Weda
Weda berasal darikata Vid yang Artinya mengetahui. Weda merupakan sastra tertua di  dunia yang pengaruhnya sangat penting bagi perkembangan agama Hindu. Zaman weda meliputi zaman Weda Kuno, zaman Brahmana dan zaman Upanisad.
·           Zaman Weda Kuno
yaitu periode zaman weda kuno bisa dikatakan pula sebagai awal kedatangan bangsa Arya di Lemba Sungai Indus sekitar 1500 SM. Dalam masa pertama priode ini system kepercayaan beraliran politeisme yakni sistem kepercayaan terhadap banyak dewa, di antaranya ialah :
a.        Dewa Agni      : Merupakan Dewa Api
b.       Dewa Wayu    : Merupakan Dewa Angin
c.        Dewa Marut    : Merupakan Dewa Angin Ribut
d.       Dewa Surya    : Merupakan Dewa Matahari
e.        Dewa Candra  : Merupakan Dewa Bulan
f.        Dewa Waruna : Merupakan Dewa Angkasa
g.       Dewa Parjanya: Merupakan Dewa Hujan
h.       Dewa Indra     : Merupakan Dewa Perang
i.        Dewa Aswin   : Merupakan Dewa Kembar/Kesehatan
j.        Dewa Usa       : Merupakan Dewa Fajar
Namun Dalam memuja Dewa di anggap sebagai satu dewa saja yakni monotheisme (percaya akan satu Tuhan) seakan tidak adanya pemujaan terhadap dewa yang lain oleh karena itu di sebut Henotheisme. Zaman Weda Kuno kemudian dilanjutkan dengan Weda Belakang yaitu zaman penulisan dan penghimpunan Wahyu Weda lainnya, yaitu Sama Weda, Yayur Weda dan Athara Weda.
·           Zaman Brahmana
Merupakan zaman perkembangan weda yang berpusat pada kehidupan keagamaan yang berupa ritual-ritual upacara atau persembahan (sesaji) kepada keyakinan mereka. Di zaman ini kedudukan Brahmana sangat penting karena tanpa adanya Brahmana maka upacara yang kebanyakan dengan persembahan terhadap dewa tidak bisa dilaksanakan dan tanpa sesaji dewa tidak dapat hidup.
·           Zaman Upanisad
ditandai dengan munculnya kitab Upanisad. Dimana kehidupan agama di zaman ini berpangkal pada filosofi atau kerohanian. Di zaman terdapat pengetahuan batin sehingga dapat membuka takbir alam ghaib. Konsepsi terdapat keyakinan pada panca Sraddha yaitu Brahman, Atman, Karman, Samsara dan Moksa. Demikian konsepsi tujuh hidup yang di sebut Parusartha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa pada zaman ini di formulasi dengan Jelas. Karma ialah perbuatan baik-buruk dari manusia ketika hidup di dunia yang menentukan kehidupan berikutnya. Moksa ialah tingkatan hidup tertinggi yang terlepas dari ikatan keduniawian atau terbebas dari reinkarnasi.
b). Zaman Wira Carita
Zaman ini meliputi masa perkembangn kitab-kitab Upanisad disertai munculnya kitab Wira Carita Ramayana dan Mahabarata sebagai unsure contoh sikap yang baik dan benar.
c). Zaman Sutra
Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab-kitab Sutra yang memuat penjelasan uraian dan komentar terhadap Weda dan Mantra, seperti Kalpasutra (kitab penuntun sesaji).
d). Zaman Scolastik
Zaman ini ditandai dengan lahirnya pemikiran-pemikiran besar seperti Sankara, Ramanuja, Madhwa dan lain-lain.
C.            AJARAN, DEWA, KITAB SUCI dan SISTEM KASTA
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yaitu:
·           Brahman yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
·           Atman yaitu percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
·           Karmaphala yaitu percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan.
·           Samsara yaitu percaya dengan adanya proses kelahiran semula (kelahiran semula).
·           Moksa yaitu  percaya bahawa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.
Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
a)      Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
b)     Wisnu sebagai dewa pemelihara alam.
c)      Siwa sebagai dewa perusak.
Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti.
Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda.
Kitab Weda terdiri atas  4 bagian, yaitu:
·      RegWeda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
·      YajurWeda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
·      SamaWeda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
·      AtharwaWeda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.
                        Selain itu terdapat kitab-kitab sebagai berikut.
§  Kitab Brahmanas berisi pedoman ritual keagamaan bagi para Brahmana. Kitab Brahmana merupakan tafsir dari kitab Weda
§  Upanishad berisi khotbah-khotbah gaib. Kitab Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara  menghindarkan diri dari samsara.
§  Aranyakas berisi kitab untuk para pertapa.
Om merupakan simbol agama Hindu jika diucapkan secara sangat sakral sama saja dengan berdoa itu sendiri.
Selain itu, Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas atau pekerjaan mereka, yaitu :
§  Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
§  Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara, terdiri dari raja dan keluarganya, para bangsawan, dan prajurit.
§  Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak, terdiri dari para pedagang.
§  Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/buruh/budak, merupakan para pekerja kasar.
Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan. Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.
Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan.
D.            KEMUNDURAN AGAMA HINDU
Pada abad ke 6 SM agama Hindu mengalami kemunduran, karena disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:
1.   Kaum Brahmana yang memonopoli upacara keagamaan membuat sebagai dari mereka bertindak sewenang-wenang. Contoh: rakyat dibebankan untuk memberikan korban yang telah ditetapkan.
2.   Sistem kasta membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana merasa berada pada kasta tertinggi dan paling berkuasa terutama untuk mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu lainnya. Sehingga hal ini menimbulkan rasa anti agama.
3.   Timbul golongan yang berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai hidup abadi yang sejati. Golongan tersebut disebut golongan Buddha yang dihimpun oleh Sidharta.
Agama Hindu mengalami sebuah pasang surut dengan munculnya agama-agama baru di India yakni Budha, Jaina dan Sikh. Namun berkat peranan Dinasti Sunga dan Dinasti Gupta, agama Hindu kembali mendapat tempat pada masyarakat India sampai saat ini. Di Zaman Gupta yakni pada masa Pemerintahan Samudragupta dan Candragupta II. Ayah dan anak ini merupakan dua di antara pemimpin-pemimpin hebat bangsa Gupta. Dinasti tersebut menguasai hampir seluruh India Utara dari 320 sampai 497 M, pengaruh mereka tersebar lebih luas dan bertahan lebih lama.
Bahkan gua-gua utama utama di Ajanta dibuat oleh dinasti bernama Vakatajka, yang mendominasi India sebelah selatan menjelang akhir dinasti Gupta dan yang mewarisi banyak gaya budya Gupta. Bukti fisik menunjukkan bahwa kemakmuran berjalan sejajar dengan keunggulan kesenian. Para Arsitek pada masa itu membangun candi-candi yang Indah dan para pematung memahat wujud dewa-dewi Hindu.
2.        AGAMA BUDHA
A.           Munculnya Agama dan Kebudayaan Budha di India
Pada awalnya agama Budha ini bukan suatu agama melainkan satu paham baru dalam agama Hindu yang lahir karena tidak menyukai kedudukan Istimewa kasta Brahmana. Agama Budha lahir di negara India, lebih tepatnya lagi di wilayah Nepal sekarang, agama budha menolak adanya hak-hak istimewa. Karena dengan adanya hak-hak istimewa tersebut dirasa telah menyulitkan dan menghambat masyarakat awam untuk mencapai moksa.
Oleh karena itu muncullah ajaran praktis yang dapat dilaksanakan semua kalangan masyarakat yaitu Budhisme yang disebar luaskan oleh Sidharta Gautama.
Sejarah agama Budha di mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dan merupakan  salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Agama Budha berkembang dengan unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia seperti Thailand, Singapura, Kamboja, Myanmar, Taiwan, dsb.
Menurut tradisi Budha, tokoh historis Budha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha 546–324 SM, di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya”). Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilawastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari.
Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri. Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran.
Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Budha, atau hanya “Budha” saja, sebuah kata dalam Sanskerta yang berarti “ia yang sadar” (dari kata budh+ta). Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda. Keengganan Budha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Budha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, lalu terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Budha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.

B.  Proses Perkembangan Agama dan Kebudayaan Budha di India
1.                   Tahap Awal 
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Budha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua sidang umum pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Budha.
2.      Abad ke-5 SM
                 Konsili pertama Budha diadakan tidak lama setelah Budha wafat di bawah perlindungan  raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa di Rajagaha (sekarang disebut Rajgir).
Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Budha (sutta (Budha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Budha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Budha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Budha.
3.          Tahun 383 SM
Konsili kedua Budha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum Mahasanghika.
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Budha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktekkan ajaran Budha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat.
Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham Mahayana yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan “besar” atau “mayoritas”).
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengah menurut prasasti-prasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh abad pertama.
4.  Dakwa Asoka (+/- 260 SM)
Maharaja Asoka dari Kekaisaran Maurya (273–232 SM) masuk agama Budha setelah menaklukkan wilayah Kalingga (sekarang Orissa) di India timur secara berdarah. Karena menyesali perbuatannya yang keji, sang maharaja ini lalu memutuskan untuk meninggalkan kekerasan dan menyebarkan ajaran Budha dengan membangun stupa-stupa dan pilar-pilar di mana ia menghimbau untuk menghormati segala makhluk hidup dan mengajak orang-orang untuk mentaati Dharma. Asoka juga membangun jalan-jalan dan rumah sakit-rumah sakit di seluruh negeri. Periode ini menandai penyebaran agama Budha di luar India.
Menurut prasasti dan pilar yang ditinggalkan Asoka (piagam-piagam Asoka), utusan dikirimkan ke berbagai negara untuk menyebarkan agama Budha, sampai sejauh kerajaan-kerajaan Yunani di barat dan terutama di kerajaan Baktria-Yunani yang merupakan wilayah tetangga. Kemungkinan besar mereka juga sampai di daerah Laut Tengah menurut prasasti-prasasti Asoka.  
C.           KITAB SUCI AGAMA BUDHA
Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka(dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu :
1. Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Budha.
2. Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya.
3. Abhrdharma Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin.
D.           KOTA SUCI
Ada 4 tempat yang dianggap suci oleh umat Budha karena berhubungan dengan kehidupan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Taman Lumbini di Kapilawastu sebagai tempat kelahiran Sidharta (563 SM). Sementara itu masa kecil Sidharta di lewatkan di daerah Kapilawastu tersebut.
2.      Bodh Gaya sebagai tempat Sidharta menerima penerangan agung.
3.      Benares (Taman Rusa) sebagai tempat Sidharta pertama kali mengajarkan ajarannya.
4.      Kusinegara merupakan tempat wafat Sidharta (482 SM)
                                                Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Buddha sebagai Triwaisak.
E.            AJARAN SANG BUDHA
Budha mengajarkan 4 kenyataan dalam hidup, yaitu bahwa:
1.                   Hidup merupakan samsara
2.                   Samsara disebabkan oleh nafsu yang menguasai manusia
3.                   Samsara dapat dihilangkan dengan menghilangkan nafsu
4.                   Untuk menghilangkan nafsu, ditempuh delapan jalur kebenaran.
Delapan Jalan Kebenaran :
– Mempunyai pandangan yang benar        – Punya penghidupan yang benar
– Mempunyai niat yang benar                   – Berusaha yang benar
– Berbicara yang benar                                 – Memperhatikan hal-hal yng benar
– Berbuat yang benar                                – Bersemadi yang benar
Tiga Kebaktian (Tri Dharma)dalam agama Buddha :
1.                   Berbakti kepada Sang Buddha
2.                   Berbakti kepada ajaran-ajarannya
3.                   Berbakti kepada Sanggha (jemaat Perkumpulan)
Tridharma jika diucapkan oleh seseorang yang mau masuk agama budha adalah sebagai berikut.
1). Saya mencari perlindungan pada Budha
2). Saya mencari perlindungan pada Dharma
3). Saya mencari perlindungan pada Sanggha
Selain Tridarma dalam agama Buddha dikenal juga Triratna yang berarti tiga mutiara, terdiri dari :
Budha, yaitu Sidharta yang telah dianggap sebagai dewa
Dharma, yaitu kewajiban yang harus ditaati oleh umat Budha.
Sanggha, yaitu aturan/ perkumpulan dalam agama Budha
F.            PERKEMBANGAN dalam AGAMA BUDHA
Perkembangan Agama Budha mencapai puncaknya kejayaannya pada masa pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti Maurya. Ia mampu menjadikan ¾ wilayah India menganut agama Budha dan Ia menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara. Perkembang agama Budha saat itu cepat serta dapat diterima masyarakat India. Selain faktor utama ini terdapat juga faktor pendukung diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Penyebaran agama Budha dilakukan dengan mengunakan bahasa rakyat sehari-hari seperti bahasa Prakrit, dan bukan bahasa Sansekerta yang hanya dikuasai dan dimengerti oleh kaum Brahmana.
2.      Ajaran agama Budha dapat diterima/ dianut dan disebarkan pada siapapun tidak hanya pada golongan tertentu sehingga dapat disebut ajaran Sidharta ini bersifat non-eksklusif.
3.      Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.
G.     PERPECAHAN dalam AGAMA BUDHA
Setelah 100 tahun Sang Budha wafat timbul bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.
Hinayana berarti kendaraan kecil. Menurut aliran ini tiap orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Untuk mencapai Nirwana sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana, lebih tertutup hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di Wihara. Ajarannya lebih mendekati Buddha semula. Pengikutnya sebagian besar berada di daerah Srilanka, Myanmar (Birma), dan Muangtai.
Mahayana berarti kendaraan besar. Mahayana, sifatnya terbuka. Penganut aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri sendiri serta bermisi pembebasan bagi orang lain. Setiap orang berhak menjadi Sanggha sejauh sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk sang Buddha. 
Jadi aliran Mahayana mengajarkan untuk mencapai Nirwana setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan sifat welas asih (belas kasih). Setiap manusia berusaha hidup bersama/ membantu setiap orang lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah berbeda dengan ajaran Buddha semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di daerah Indonesia, Jepang, Cina, dan Tibet.
 
H. KEMUNDURAN AGAMA BUDHA
Kemunduran agama Budha di India disebabkan karena :
1)      Setelah Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Buddha di India.
2)      Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya bertambah banyak.
3.PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA HINDU-BUDHA
Persamaan Hindu dan Budha :
·       Sama-sama tumbuh dan berkembang di India
·       Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama.
·       Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya.
Perbedaan Hindu dan Budha :
HINDU
§  Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida.
§  Kitab sucinya, WEDA
§  Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Trimurti
§  Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan).
§  Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang
§  Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana.
§  Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa Sansekerta
§  Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai dengan bantuan/bimbingan pendeta.
§  Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir.
§  Mengenal adanya kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi)
§  Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban

BUDHA
§  Muncul sebagai upaya pencarian jalan lain menuju kesempurnaan yang dipimpin Sidharta.
§  Kitab Sucinya, TRIPITAKA
§  Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha
§  Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
§  Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita
·         Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta
§  Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit
§  Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi
§  Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup
§  Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal karma
§  Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban.

KESIMPULAN
Proses masuk dan  berkembangnya agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan membuat perpaduan  kebudayaan dengan bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut yang disebut dengan HINDU.
Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan dikabulkan), akibat ketidakpuasan terhadap kekuasaan kasta brahmana yang semen-mena.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *