Trader Professional Ben Warwick

Trader kawakan dan penasehat investasi (investment advisor) Ben Warwick selalu fokus pada reaksi pasar saat ada rilis suatu berita ekonomi. Sementara para trader sedang mencari cara trading yang paling tepat dan profitable dengan analisa fundamental atau teknikal maupun kombinasi keduanya, Warwick malah mengembangkan cara tradingnya sendiri dengan apa yang dia sebut sebagai metode ‘event trading’. Tahun 1996 bukunya yang berjudul ‘Event Trading – profiting from economic reports and short-term market inefficiencies’diterbitkan dan mendapat sambutan baik dikalangan trader forex dan komoditi. Analis dan trader forex profesional mengatakan bahwa metode tersebut bisa mengenali titik awal atau titik puncak suatu trend, hingga bisa ditentukan point-point pembalikan arah pergerakan harga (reversal). Menurut mereka, ‘event trading’ adalah teknik trading baru yang menarik, dan bisa dijadikan metode pendekatan ke 3 setelah pendekatan fundamental dan teknikal.

            

Warwick pertama kali mengenal dunia trading saat ia masih mahasiswa di University of North Carolina, dimana ia memperoleh gelar MBA-nya. Karena ia ingin serius di bisnis trading dan investasi, ia mempelajari dan meneliti tentang ‘hasil-hasil yang mengejutkan’ di pasar saham. Menggunakan referensi pasar saham di tahun 1970-an, Warwick menjelaskan: “ketika harga suatu saham naik melebihi yang diperkirakan analis dan pelaku pasar, harga saham tersebut akan cenderung naik terus hingga 60 hari kedepan. Hingga hari ini masih banyak fund manager yang trading dengan hasil-hasil yang mengejutkan ini.”

“Saya kemudian mengambil ide tersebut untuk diterapkan pada jenis pasar yang berbeda, misalnya pasar futures atau pasar forex” katanya. Dari tahun ke tahun, Warwick selalu melakukan perbaikan pada metodenya sebelum akhirnya dituliskan dalam sebuah buku. “Saya berusaha agar metode tersebut sistematis, dan yang penting bisa diterapkan dengan tanpa emosi. Event trading adalah sebuah sistem yang tidak linier, dan bukan sistem yang mengikuti trend (trend following). Metode ini adalah tentang bagaimana pasar merespon informasi, dan saya mengambil sebagian, yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap sebuah berita yang dirilis.” Warwick menjelaskan.

Contoh penggunaan event trading misalnya yang terjadi pada pasar bond atau pasar forex saat rilis data tenaga kerja. “Jika pasar ternyata rally setelah rilis data dan ditutup 20% lebih tinggi dari range harga sebelum rilis, bagi saya itu adalah sinyal untuk buy. Tetapi yang paling krusial adalah pada harga berapa kita masuk. Jika Anda masuk pasar begitu saja saat rilis data diumumkan, wah, itu seperti halnya judi, kemungkinan untuk berhasil 50-50.” kata Warwick. “Reaksi pasar bisa saja bearish untuk rilis data yang Anda perkirakan bullish, dan Anda tentu masih bisa melihat sinyal sell. Cobalah untuk konsentrasi pada effisiensi reaksi pasar atas informasi tersebut” lanjutnya. Mengenai time frame trading, Warwick terbiasa dengan time frame daily dan weekly.

Sebagai penasehat investasi, Ben Warwick mengutamakan strategi penempatan asset dalam membuat sebuah portfolio investasi, mana yang investasi utama dan mana investasi alternatif. Pada tahun 2002, Warwick mengembangkan sebuah sistem yang dinamakan Quantitative Equity Strategies (QES). Beberapa perusahaan dan institusi keuangan telah mengadopsi sistem ini guna memaksimalkan return, antara lain Hedge Fund Research di Chicago dengan sistem HFRq dan Nomura Bank dengan Nomura QES. Buku Warwick mengenai strategi investasi yang populer antara lain adalah ‘Searching for Alpha: The Quest for Exceptional Investment Performance’ (Wiley, 2000)

Nasehat untuk para trader pemula? “Buatlah suatu pekerjaan rumah, mengenai penelitian atau statistik atau apa saja yang membuat Anda mengerti dan bisa mengidentifikasi pasar yang tidak effisien. Jika Anda telah menemukan dan yakin bagian mana dari pasar yang tidak effisien, pada jangka panjang dan jangka pendek, Anda tentu akan bisa menghasilkan profit dengan konsisten. Ya, bagi saya itulah kuncinya. Anda juga bisa melakukannya.” kata Warwick.

Sumber : News For The Financial World

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *