Tips Strategi Teori Gerbong

Tips trading, strategi Bisnis Online Trading
Sector rotation ( rotasi sektor ) sebenarnya bukan teori baru.  Sam Stovall dalam bukunya, Standard & Poor’s Sector Investing: How to Buy The Right Stock in The Right Industry at The Right Time sudah menjelaskan secara gamblang bagaimana atau mengapa terjadinya rotasi sektor ini.  ‘Teori Gerbong Kereta Api‘ yang akan saya bahas disini, ide dasarnya sebenarnya kurang lebih sama:

  • harga saham bergerak dalam suatu kelompok/gerbong,
  • harga saham-saham yang ada dalam satu kelompok/gerbong akan bergerak naik atau bergerak turun bersama-sama,
  • kelompok-kelompok/gerbong-gerbong ini akan bergerak bergantian, dimana kelompok/gerbong yang bergerak akan menjadi penggerak IHSG, atau setidaknya menjadi sentimen utama dari pergerakan IHSG.

Perbedaan antara sector rotation dengan teori gerbong, terletak pada kriteria pembagian dari kelompok saham-saham tersebut.  Jika pada sector rotation saham-saham dikelompokkan berdasarkan sektor industrinya, dalam teori gerbong, terdapat saham-saham dikelompokkan berdasarkan dua variabel: sektor dan kapitalisasi.  Kapitalisasi menjadi penting karena di Bursa Efek Indonesia, fund manager sebagai pemain utama dari pergerakan pasar, memang lebih memperhatikan saham-saham dengan kapitalisasi besar dibandingkan dengan saham-saham berkapitalisasi kecil.  Ini karena benchmark dari performance mereka adalah IHSG. Jadi mereka memang lebih fokus pada saham-saham yang kapitalisasinya besar dibandingkan dengan yang kapitalisasinya kecil.
Berdasarkan kedua faktor tersebut, saham-saham yang diperdagangkan pada IHSG kemudian terbagi menjadi beberapa gerbong:
Gerbong Executive: Saham-saham Big Caps
Meliputi saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang paling besar yang dengan mudah mengontrol pergerakan IHSG.  Saham-saham ini juga harus berasal dari sektor yang sedang naik daun.  Bisa juga, saham dengan kapitalisasi terbesar di dalam sektor yang sedang menjadi fokus dari pelaku pasar.  Saham yang termasuk dalam golongan ini adalah: ASII, BMRI, BBRI, BBCA, UNVR, TLKM, UNTR, ITMG, GGRM, PTBA, AALI, INTP, SMGR
Gerbong Kelas Bisnis: Saham-saham Blue Chip Kelas Atas
Meliputi saham-saham dengan fundamental yang kuat, dianalisis oleh banyak analis fundamental, tapi bukan menjadi pilihan utama karena masalah kapitalisasi.  Contohnya:

  • Perbankan: BDMN, BBNI
  • Komoditas: LSIP, INCO, ANTM, ADRO, HRUM
  • Infrastruktur/Konstruksi: PGAS, JSMR, ADHI, WIKA
  • Konsumsi: INDF, ICBP
  • Properti: BSDE, ASRI

Gerbong Kelas Dua: Saham-saham Blue Chip lainnya
Saham-saham dengan fundamental jelas, dianalisis oleh cukup banyak analis fundamental, tapi kapitalisasinya tergolong menengah. Contohnya:

  • Perbankan: BBTN, BNGA, BJBR
  • Komoditas: TINS, SGRO, HRUM
  • Konsumsi/Retail: KLBF, MPPA, ICBP
  • Infrastruktur/Konstruksi: ISAT, SMCB, PTPP, WSKT,
  • Properti: ELTY, CTRA, CTRS, SMRA, MDLN

Gerbong Kelas Tiga
Saham yang termasuk golongan ini, analis fundamental memang masih tertarik.  Akan tetapi, ketertarikannya sangat tergantung dari kekuatan market.  Biasanya, fund manager baru tertarik oleh saham-saham ini setelah saham- saham gerbong diatasnya sudah dirasakan agak kemahalan.  Jadi, saham-saham ini biasanya hanya likuid jika saham-saham yang lain dirasakan sudah tidak menarik lagi.  Penggolongannya bukan karena sektornya, tapi lebih karena ‘ide-ide’ yang membuat saham itu menjadi menarik.  Contohnya adalah:

  • Low P/E stocks: CPIN, JPFA, GJTL, dll

Kereta Makan
Anda tidak menemukan saham-saham kesayangan anda di gerbong-gerbong yang awal tadi?  Jangan kuatir.  Jangan-jangan saham anda termasuk dalam golongan saham ‘Kereta Makan’ (alias Gorengan).  Saham-saham ini adalah saham yang kapitalisasinya relatif kecil, analis kurang begitu berminat (atau malah tidak berminat), fundamentalnya tidak terlalu jelas (karena analis fundamental juga malas untuk mengamati), penggeraknya lebih karena market maker,  dan fund manager asing tidak terlalu berminat karena mereka tidak cukup bodoh untuk masuk ke dalam perangkap market maker.  Pembagian dari kelompok ini, biasanya tergantung dari grup market makernya.  Sebagai contoh:

  • Grup Bakrie (BTEL, DEWA, ENRG, dll)
  • Grup Lippo (MLPL, LPLI, LPIN, LPKR, dll)
  • Grup Sinar Mas (INKP, TKIM, BSIM, BSDE, dll)
  • Grup Medco (MEDC, SDRA, dll)
  • Grup Cokro (MYRX, dll)
  • Saham-saham properti (KIJA, DART, DILD, dll)
  • dan masih banyak juga grup-grup yang saya tidak bisa sebutkan satu.

_________________
Bagaimana hukum pergerakan harga sahamnya?
Pada prinsipnya, hukum pergerakan harga saham dari Teori Gerbong ini, kurang lebih sama dengan hukum dari sector rotation:

Harga saham akan bergerak bersama-sama dalam satu ‘Gerbong’
Gerbong-gerbong tersebut akan bergerak bergantian sejalan dengan siklus IHSG
Pada suatu fase awal dari pergerakan trend, saham yang bergerak pada umumnya adalah saham-saham Gerbong Executive.
Pergerakan Gerbong Executive ini akan diikuti oleh pergerakan pada Gerbong Bisnis, Gerbong Kelas Dua, dan Gerbong Kelas Tiga.
Pergerakan saham Gerbong Kelas Dua, atau Gerbong Kelas Tiga sering kali menandai bahwa kondisi ‘pasar sudah kemahalan’, atau ‘trend naik sudah berlangsung terlalu panjang’.  Pergerakan Gerbong Kelas Tiga sering diikuti dengan berakhirnya trend naik jangka panjang.
Saham yang termasuk dalam Gerbong Kereta Makan, pergerakannya tergantung pada ketat atau tidaknya pihak bursa dalam menjaga pasar.  Dulu, pada jaman Pak Erry Firmansyah, Gerbong Kereta Makan ini bergerak bersama-sama dengan Gerbong Kelas Dua, atau Kelas Tiga.  Akan tetapi, pergantian Direksi BEI ternyata mengubah suasana.  Direksi BEI yang sekarang terlihat lebih permisif terhadap saham-saham yang tergabung dalam Gerbong Kereta Makan.  Wal hasil: Gerbong Kereta Makan ini bergerak kapan saja, semaunya.
Rotasi antar Gerbong ini berlangsung terus menerus sesuai dengan siklus trend dari pasar.

Teori Gerbong ini akan menentukan saham-saham yang akan kita mainkan.  Teori Gerbong ini akan menentukan saham-saham mana yang sebaiknya ada dalam portfolio kita terkait kondisi market yang tengah kita hadapi.  Dalam fase-fase awal sebuah trend, biasanya saham-saham Kelas Executive akan menjadi pilihan.  Setelah saham-saham executive ini bergerak terlalu mahal (berarti kita biasanya sudah profit taking), baru perhatian kita bisa terarah pada saham-saham yang ada di gerbong lainnya, terutama Gerbong Bisnis, dan Gerbong Kedua.
So… Jika anda bertanya-tanya, kenapa saya hanya mau main Saham Kelas Executive?  hehehe… jawabannya sederhana: saham-saham ini kapan saja akan bergerak.  Sehingga saya tinggal menentukan strategi positioning (beli-jual) yang benar, agar saya bisa memperoleh keuntungan.
Happy trading… semoga untung!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *